Kasihan! Pidato SBY di Harlah NU, Ditinggalkan Puluhan Ribu Warga Nahdhiyin
Pidato SBY dalam peringatan Harlah NU hanya disaksikan 4.000 peserta, padahal peserta yang hadir sekitar 150 ribu orang. SBY ditinggalkan puluhan ribu warga Nahdiyin.
Puluhan ribu warga Nahdliyin yang mengikuti peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama ke-85 di stadion utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad siang (17/7/2011), sudah meninggalkan stadion saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidatonya.
Padahal dari pagi pukul 09.00 WIB hingga siang hari menjelang zhuzur, hampir seisi stadion dipenuhi warga NU yang didatangkan dari kawasan Jakarta dan wilayah di sekitarnya itu. Panitia mengklaim ada sekitar 150 ribu warga NU yang hadir.
Saat Presiden SBY menyampaikan pidato , hanya sekitar 6 sektor atau ruas tempat duduk yang diisi hampir penuh oleh warga NU, yaitu tribun VIP dan sektor 19-24. Sementara sektor lainnya kosong melompong. Padahal ada lebih dari 20-an ruas tempat duduk yang ada di stadion terbesar di Asia Tenggara itu.
Dalam sambutannya di depan Presiden SBY, Ketua Panitia Harlah NU, As’ad Said Ali meminta maaf karena banyak Nahdliyin yang meninggalkan stadion. “Bapak Presiden kami mohon maaf karena peserta sudah berkurang. Banyak yang membawa anak-anak kecil. Mungkin juga lagi shalat, dan gerah berada di dalam sehingga keluar stadion,” ujar As’ad Said Ali yang juga Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (Waka BIN) itu. Permintaan maaf As’ad ini pun disampaikan berulang-ulang.
Tak pelak, pidato SBY sekitar pukul 13.00 WIB, hanya disaksikan oleh warga Nahdiyin yang tersisa sekitar 3000-4000 peserta. Ketika SBY usai berpidato, peserta yang tersisa ikut ramai-ramai meninggalkan lokasi, sehingga pembacaan doa penutup hanya segelintir peserta saja yang mengikutinya.
Bahkan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) terlihat terburu-buru meninggalkan ruang VVIP Stadion Gelora Bung Karno beberapa menit sebelum Presiden SBY tiba di lokasi untuk berpidato. JK yang mengenakan baju berwarna putih itu meninggalkan stadion ditemani oleh stafnya, Yadi Jentak.
Kondisi stadion yang penuh membuat suasana menjadi gerah, padahal sebagian peserta ada yang telah tiba di lokasi sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Sampai sekitar pukul 11.00 WIB peserta mulai bosan, karena acara inti belum dimulai lantaran Presiden SBY dijadwalkan hadir pukul 13.00 WIB. Meskipun dihibur tari-tarian, musik, pencak silat, para peserta tetap tak betah. Mereka pun memilih keluar dari stadion.
Dalam pidatonya, Presiden SBY memuji NU sebagai ormas yang memiliki reputasi yang baik dalam sejarah perjuangan bangsa. SBY merasa senang karena NU mendukung penuh kebijakan pemerintah.
"Ketua umum Nahdlatul Ulama tadi mengatakan jika NU tidak pernah berbuat onar apalagi memberontak kepada pemerintahan yang sah. Sungguh mulia, kemudian saya juga sangat senang bahwa NU akan terus bekerja sama dan berdampingan dengan pemerintah," kata SBY.
SBY mengatakan, NU mendukung penuh kebijakan pemerintah yang nyata-nyata bermanfaat bagi rakyat, tetapi NU akan mengkritisi dan mengoreksi pemerintah dan lembaga-lembaga negara manakala tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. "Saya menyambut baik, sikap dan peran NU yang seperti itu saya nilai tepat, fair, dan konstruktif," ujar SBY. [taz/trb, dtk/voa-islam/al-khilafah.org]
Puluhan ribu warga Nahdliyin yang mengikuti peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama ke-85 di stadion utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad siang (17/7/2011), sudah meninggalkan stadion saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidatonya.
Padahal dari pagi pukul 09.00 WIB hingga siang hari menjelang zhuzur, hampir seisi stadion dipenuhi warga NU yang didatangkan dari kawasan Jakarta dan wilayah di sekitarnya itu. Panitia mengklaim ada sekitar 150 ribu warga NU yang hadir.
Saat Presiden SBY menyampaikan pidato , hanya sekitar 6 sektor atau ruas tempat duduk yang diisi hampir penuh oleh warga NU, yaitu tribun VIP dan sektor 19-24. Sementara sektor lainnya kosong melompong. Padahal ada lebih dari 20-an ruas tempat duduk yang ada di stadion terbesar di Asia Tenggara itu.
Dalam sambutannya di depan Presiden SBY, Ketua Panitia Harlah NU, As’ad Said Ali meminta maaf karena banyak Nahdliyin yang meninggalkan stadion. “Bapak Presiden kami mohon maaf karena peserta sudah berkurang. Banyak yang membawa anak-anak kecil. Mungkin juga lagi shalat, dan gerah berada di dalam sehingga keluar stadion,” ujar As’ad Said Ali yang juga Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (Waka BIN) itu. Permintaan maaf As’ad ini pun disampaikan berulang-ulang.
Tak pelak, pidato SBY sekitar pukul 13.00 WIB, hanya disaksikan oleh warga Nahdiyin yang tersisa sekitar 3000-4000 peserta. Ketika SBY usai berpidato, peserta yang tersisa ikut ramai-ramai meninggalkan lokasi, sehingga pembacaan doa penutup hanya segelintir peserta saja yang mengikutinya.
Bahkan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) terlihat terburu-buru meninggalkan ruang VVIP Stadion Gelora Bung Karno beberapa menit sebelum Presiden SBY tiba di lokasi untuk berpidato. JK yang mengenakan baju berwarna putih itu meninggalkan stadion ditemani oleh stafnya, Yadi Jentak.
Kondisi stadion yang penuh membuat suasana menjadi gerah, padahal sebagian peserta ada yang telah tiba di lokasi sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Sampai sekitar pukul 11.00 WIB peserta mulai bosan, karena acara inti belum dimulai lantaran Presiden SBY dijadwalkan hadir pukul 13.00 WIB. Meskipun dihibur tari-tarian, musik, pencak silat, para peserta tetap tak betah. Mereka pun memilih keluar dari stadion.
Dalam pidatonya, Presiden SBY memuji NU sebagai ormas yang memiliki reputasi yang baik dalam sejarah perjuangan bangsa. SBY merasa senang karena NU mendukung penuh kebijakan pemerintah.
"Ketua umum Nahdlatul Ulama tadi mengatakan jika NU tidak pernah berbuat onar apalagi memberontak kepada pemerintahan yang sah. Sungguh mulia, kemudian saya juga sangat senang bahwa NU akan terus bekerja sama dan berdampingan dengan pemerintah," kata SBY.
SBY mengatakan, NU mendukung penuh kebijakan pemerintah yang nyata-nyata bermanfaat bagi rakyat, tetapi NU akan mengkritisi dan mengoreksi pemerintah dan lembaga-lembaga negara manakala tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. "Saya menyambut baik, sikap dan peran NU yang seperti itu saya nilai tepat, fair, dan konstruktif," ujar SBY. [taz/trb, dtk/voa-islam/al-khilafah.org]
Tidak ada komentar