Header Ads

Ekonomi AS Masih Megap-Megap, Aksi Protes Wall Street Berlanjut

Rakyat AS yang menggelar aksi protes di Wall Street bersumpah akan terus berunjuk rasa meski aparat menangkapi mereka. Sepanjang akhir pekan kemarin, polisi AS menangkap sekira 700 demonstran anti-Wall Street. karena dianggap sudah mengganggu ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas kota Manhattan, New York.

Sejak hari Sabtu kemarin, aksi protes terjadi di kota New York dan sejumlah kota utama di AS. Warga turun ke jalan memprotes pemerintah yang dianggap tidak mampu mengatas krisis ekonomi yang sudah berlangsung selama tiga tahun. Krisis ekonomi telah menyebabkan jumlah orang miskin dan tingkat pengangguran di AS meningkat tajam.

Para pengunjuk rasa juga memprotes sistem korporat, kesenjangan sosial dan berbagai problem masyarakat lainnya yang muncul sebagai dampak krisis ekonomi yang belum juga teratasi. "Dalam satu atau dua jama, kami akan melakukan aksi prores di mana-mana," kata seorang juru bicara demonstran di New York.

Seruan untuk melakukan aksi protes ini sudah menyebar sejak dua minggu yang lalu lewat jejaring-jejaring sosial. Para aktivis mengajak warga masyarakat untuk "Menduduki Wall Street" sebagai bentuk protes atas kondisi ekonomi yang makin memburuk. Para aktivis menilai situasi itu disebabkan karena keserakahan perusahaan-perusahaan besar.

Selain di New York, aksi protes juga berlangsung di jalan-jalan utama di kota Chicago dan Los Angeles. Para demonstran membawa spanduk-spanduk berisi pernyataan antiperang dan ungkapan frustasi mereka melihat makin tingginya tingkat pengangguran di AS yang mencapai 9,10 persen pada bulan Agustus kemarin.

Para pengunjuk rasa mengatakan, ide untuk menduduki dan mengepung Wall Street yang menjadi pusat bisnis dan keuangan AS, terinspirasi oleh gerakan reformasi yang dilakukan rakyat di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.


Ekonomi AS Masih Rawan

Data terbaru pemerintah menunjukkan bahwa perekonomian AS masih megap-megap. Pertumbuhan ekonomi terlalu lemah untuk bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 14 juta para pencari kerja di negeri itu, meski angkanya naik dibandingkan estimasi sebelumnya.

Departemen Perdagangan AS menyebutkan, pertumbuhan ekonomi naik tipis 1,3 persen dibandingkan perkiraan sebesar 1 persen. Data lainnya menyebutkan, klaim asuransi mingguan untuk pengangguran mulai menurun. Para pekerja yang mengajukan klaim--ini adalah indikasi makin banyaknya PHK akhir-akhir ini--sampai pekan kemarin jumlahnya sekira 391.000. Lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai 428.000.

Data itu membuat sejumlah investor bisa bernapas lega, di tengah ancaman akan makin memburuknya situasi perekonomian dunia akibat krisis finansial di Eropa.

Tapi sejumlah analis mengingatkan untuk berhati-hati karena data tentang penurunan pengangguran itu kemungkinan hanya akan berlangsung sementara karena adanya penyesuaian-penyesuaian. Pemulihan ekonomi, kata para analis, masih sangat rapuh. Kekhawatiran yang muncul, momentum ini mungkin tidak akan membawa AS dalam resesi tapi situasi bisa lebih buruk dibandingkan tahun 2009 lalu.

PHK dan kesulitan mencari pekerjaan baru masih mengacam kaum pekerja di AS, konsumen menahan diri dalam melakukan pengeluaran dan melakukan peminjaman. Mereka yang masih bisa bekerja, juga tidak mengalami kenaikan gaji. Banyak rumah-rumah tangga di AS yang jungkir balik untuk membayar tagihan bulanannya atau hanya sekedar membeli bensin untuk mobil mereka. (kw/ptv/isc)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.