Muhammad Ismail Yusanto, (Jubir HTI) :Bukan Sekedar Menjadikan Orang Islam Berkuasa
Apa sih yang Parpol Islam perjuangkan?
Ada tiga kemungkinan. Pertama, hanya ingin orang Islam berkuasa. Kedua, ingin orang Islam berkuasa dan sekedar mewarnai, misalnya hanya dengan merubah aspek moralitasnya. Ketiga, ingin orang Islam berkuasa, sekaligus bisa memimpin dengan cara Islam.
Kalau yang kita maui itu yang ketiga, maka perjuangan yang dilakukan bukan sekedar menjadikan orang Islam berkuasa, tetapi bagaimana juga agar sistem yang berjalan itu adalah sistem Islam. Karena hanya bila sistem Islam itu berjalan maka dia bisa memimpin dengan cara Islam.
Sebab kalau sistem Islam itu tidak berjalan maka dia tidak akan mungkin memimpin dengan cara Islam. Agar sistem Islam berjalan berarti kita memerlukan perjuangan politik yang ideologis. Karena ini memerlukan perubahan sistem, dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Itulah yang disebut dengan perubahan ideologis. Perubahan ideologis itu dilakukan oleh parpol Islam yang ideologis.
Kalau tetap mengusung Islam suara sedikit bagaimana?
Ada dua model politik, yakni politik perubahan dan politik pemilu. Kalau yang dimaksudkan itu adalah perjuangan politik pemilu memang orientasinya memperbesar suara. Maka fikiran kita adalah bagaimana memikat hati orang.
Itulah yang membuat parpol Islam mengikuti pula pola dari parpol non Islam sekedar untuk memikat pemilih. Kalau kemudian dia merasa keislamannya itu menjadi penghalang orang lain untuk memilih, maka kecenderungannya dia akan melepaskan keislamannya itu untuk membuat nyaman orang untuk memilih.
Sedangkan politik perubahan adalah parpol Islam melakukan perjuangan politik bukan untuk meraih kemenangan dalam pemilu tetapi bagaimana melakukan perubahan-perubahan politik.
Perubahan politik itu ada yang formal prosedural dan formal non prosedural. Contoh kasus 1998, itukan formal non prosedural. Kalau prosedural kan mestinya tahun 1998 itu tidak jatuh, tetapi tetap menjadi presiden sampai 2003.
Nah, formal non prosedural tidak selamanya jelek karena ketika orang lain setuju dengan tujuannya orang tersebut akan mendukung.
Kembali ke politik pemilu, sebenarnya Islam itu barang bagus hanya untuk orang agar memilih barang bagus itu harus memahami. Jadi tugas berat dari parpol Islam itu membuat bagaimana agar orang tersebut memilih barang bagus.
Karena ketika tidak paham barang bagus tersebut dianggap sebagai barang yang membahayakan. Contoh sederhananya obat. Obatkan pahit, orang tidak suka kan? Tetapi karena orang paham bahwa obat itu bagus walaupun mahal-mahal tetap saja dibeli.
Di sinilah sebenarnya tugas penting parpol Islam itu bagaimana memahamkan masyarakat akan Islam dan parpol Islam yang memperjuangkannya, sehingga masyarakat mendukung. Kalau ini dilakukan maka akan sejalan dengan politik perubahan tadi.
Lantas apa yang harus dilakukan parpol Islam?
Pertama, tetap berpegang teguh kepada keislamannya itu. Tidak boleh bergeser walau seinci sekali pun. Kedua, tidak boleh mengaburkan jatidirinya dengan kalimat macam-macam, jadi tetap harus ditunjukkan jatidirinya adalah Islam.
Ketiga, keislamannya itu ditunjukkan melalui dua hal, yakni pemikiran-pemikiran yang diperjuangkannya, “beginilah kalau Islam memimpin dan mengatur”. Dan ditunjukkan melalui orangnya, partainya, tokoh-tokohnya.
Keempat, menolak dengan tegas semua ideologi dan sistem di luar Islam. Seperti kapitalisme, sekularisme, komunisme, sosialisme, dll.
Saya melihat selama ini itu, ya mungkin dasarnya itu Islam tetapi jatidirinya kabur. Pemikiran yang diembannya juga tidak jelas. Kemudian prilaku dari tokoh-tokohnya itu tidak berbeda dari parpol non Islam. Apalagi sampai berkoalisi dengan parpol sekuler.
Wal hasil orang akan melihat tidak ada beda parpol Islam dengan parpol non Islam. Ketika itu terjadi orang merasa tidak ada perlunya mendukung parpol Islam. Toh sama saja dengan parpol sekuler. [mediaummat/htipress]
Ada tiga kemungkinan. Pertama, hanya ingin orang Islam berkuasa. Kedua, ingin orang Islam berkuasa dan sekedar mewarnai, misalnya hanya dengan merubah aspek moralitasnya. Ketiga, ingin orang Islam berkuasa, sekaligus bisa memimpin dengan cara Islam.
Kalau yang kita maui itu yang ketiga, maka perjuangan yang dilakukan bukan sekedar menjadikan orang Islam berkuasa, tetapi bagaimana juga agar sistem yang berjalan itu adalah sistem Islam. Karena hanya bila sistem Islam itu berjalan maka dia bisa memimpin dengan cara Islam.
Sebab kalau sistem Islam itu tidak berjalan maka dia tidak akan mungkin memimpin dengan cara Islam. Agar sistem Islam berjalan berarti kita memerlukan perjuangan politik yang ideologis. Karena ini memerlukan perubahan sistem, dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Itulah yang disebut dengan perubahan ideologis. Perubahan ideologis itu dilakukan oleh parpol Islam yang ideologis.
Kalau tetap mengusung Islam suara sedikit bagaimana?
Ada dua model politik, yakni politik perubahan dan politik pemilu. Kalau yang dimaksudkan itu adalah perjuangan politik pemilu memang orientasinya memperbesar suara. Maka fikiran kita adalah bagaimana memikat hati orang.
Itulah yang membuat parpol Islam mengikuti pula pola dari parpol non Islam sekedar untuk memikat pemilih. Kalau kemudian dia merasa keislamannya itu menjadi penghalang orang lain untuk memilih, maka kecenderungannya dia akan melepaskan keislamannya itu untuk membuat nyaman orang untuk memilih.
Sedangkan politik perubahan adalah parpol Islam melakukan perjuangan politik bukan untuk meraih kemenangan dalam pemilu tetapi bagaimana melakukan perubahan-perubahan politik.
Perubahan politik itu ada yang formal prosedural dan formal non prosedural. Contoh kasus 1998, itukan formal non prosedural. Kalau prosedural kan mestinya tahun 1998 itu tidak jatuh, tetapi tetap menjadi presiden sampai 2003.
Nah, formal non prosedural tidak selamanya jelek karena ketika orang lain setuju dengan tujuannya orang tersebut akan mendukung.
Kembali ke politik pemilu, sebenarnya Islam itu barang bagus hanya untuk orang agar memilih barang bagus itu harus memahami. Jadi tugas berat dari parpol Islam itu membuat bagaimana agar orang tersebut memilih barang bagus.
Karena ketika tidak paham barang bagus tersebut dianggap sebagai barang yang membahayakan. Contoh sederhananya obat. Obatkan pahit, orang tidak suka kan? Tetapi karena orang paham bahwa obat itu bagus walaupun mahal-mahal tetap saja dibeli.
Di sinilah sebenarnya tugas penting parpol Islam itu bagaimana memahamkan masyarakat akan Islam dan parpol Islam yang memperjuangkannya, sehingga masyarakat mendukung. Kalau ini dilakukan maka akan sejalan dengan politik perubahan tadi.
Lantas apa yang harus dilakukan parpol Islam?
Pertama, tetap berpegang teguh kepada keislamannya itu. Tidak boleh bergeser walau seinci sekali pun. Kedua, tidak boleh mengaburkan jatidirinya dengan kalimat macam-macam, jadi tetap harus ditunjukkan jatidirinya adalah Islam.
Ketiga, keislamannya itu ditunjukkan melalui dua hal, yakni pemikiran-pemikiran yang diperjuangkannya, “beginilah kalau Islam memimpin dan mengatur”. Dan ditunjukkan melalui orangnya, partainya, tokoh-tokohnya.
Keempat, menolak dengan tegas semua ideologi dan sistem di luar Islam. Seperti kapitalisme, sekularisme, komunisme, sosialisme, dll.
Saya melihat selama ini itu, ya mungkin dasarnya itu Islam tetapi jatidirinya kabur. Pemikiran yang diembannya juga tidak jelas. Kemudian prilaku dari tokoh-tokohnya itu tidak berbeda dari parpol non Islam. Apalagi sampai berkoalisi dengan parpol sekuler.
Wal hasil orang akan melihat tidak ada beda parpol Islam dengan parpol non Islam. Ketika itu terjadi orang merasa tidak ada perlunya mendukung parpol Islam. Toh sama saja dengan parpol sekuler. [mediaummat/htipress]
Tidak ada komentar