Header Ads

Forum Ekonomi Dunia: Mengakui Kapitalisme Barat Telah Gagal

Para pemimpin elite bisnis dunia menyuarakan ketakutan mereka bahwa model kapitalisme Barat telah gagal dan hanya menunggu waktu untuk disisihkan kekuatan-kekuatan ekonomi berkembang (emerging power). Para pakar ekonomi dunia pun mengakui kegagalan sistem ekonomi kapitalisme, dan mereka menanti sistem ekonomi baru.



Selama empat dekade, Forum Ekonomi Dunia di resort ski Swiss di Davos telah menjadi lambang kemenanangan pasar namun tahun ini delegasi-delegasi kapitalisme negara ala China-lah yang sedang berkuasa. Bahkan para pemimpin politik seperti Kanselir Jerman Angela Merkel bersuara kini adalah waktunya bagi para pembuat kebijakan di Eropa untuk berfikir ulang.

Sebuah panel pakar mengingatkan bahwa Eropa yang menjadi motor perekonomian global pada abad 20 menghadapi dua pilihan, mereformasi diri atau mati. "Saya kira kita di Barat punya waktu tiga sampai empat tahun untuk memajukan model ekonomi yang kita punya, dan jika kita tidak melakukan itu maka saya kira kita akan segera kehilangan momentum," kata David Rubenstein, direktur pelaksana lmbaga investasi Carlyle.

Miliarder berusia 62 tahun berhasil mengelola kapitalisme keuangan sehingga perusahaanya memberinya bonus tahunan 134 juta dolar AS bulan ini. Dia bilang, Barat perlu mengendalikan defisitnya untuk kembali ke pertumbuhan.

"Jika kita tak melakukan itu segera, tatkala kita masih di sini selama tiga sampai empat tahun...maka usailah sudah permainan untuk jenis kapitalisme yang kebanyakan dari kita telah arungi dan dipikir sebagai tipe kapitalisme terbaik," kata Rubenstein.

Sekjen Konfederasi Perdagangan Internasional (ITUC) Sharan Burrow mendesak korporasi dan pemerintah untuk bekerja bersama dengan para buruh untuk mengembangkan model ekonomi baru.

"Mari kita sediakan tempat untuk ekonomi riil. Bisakah ekonomi riil berdiri selagi pasar keuangan membunuh Anda," katanya seperti dikutip AFP.

Tapi pada panel yang sama, Professor Raghuram Rajan dari Universitas Chicago memperingkatkan bahwa kekuatan ekonomi Barat di abad 20 telah gagal memperkaya pekerja.

"Pemerintah mengeluarkan banyak janji pada 1960an manakala pertumbuhan sangatlah tinggi. Kita punya negara kesejahteraan di seluruh dunia industri. Lalu pertumbuhan mulai meredup pada 1970an, pada 1980an," katanya.

"Sejumlah negara, Inggris dan AS, telah berupaya menggenjotnya melalui deregulasi dan untuk sementara memang bisa, namun secara umum pertumbuhan itu terlalu lambat bagi negara industri, dikaitkan dengan janji yang telah kita buat," katanya.

Lusinan pemimpin pemerintahan akan bergabung dengan raksasa-raksasa perdagangan dan industri di Davos guna membincangkan soal apa saja, dari krisis di zona Eropa, sampai krisis nuklir Iran.

Kanselir Angela Merkel yang menyampaikan pidato pembukaan mengatakan, Eropa adalah benua yang perlu memperdebatkan metode-metode baru. Dia memperingatkan bahwa proteksionisme tangah bangkit demi kesepakatan yang pantas dalam perdagangan dunia. Dia juga mengatakan bahwa kelemahan struktural dalam 17 negara ona Euro telah begitu terkuak.

"Kita mesti mengatasi itu. Kini kita sungguh harus melakukan sesuatu untuk itu semua. Kini kita menghadapi erosi kepercayaan yang serius dari segala penjuru dunia," katanya. Dunia, katanya, pesimistis kita akan melakukan sesuatu untuk itu.

"Tak seorang pun yang akan punya kepercayaan kepada Eropa jika pengangguran terus naik," katanya seperti dilaporkan AFP. Pemimpin G20 lainnya akan berpidato di hari-hari mendatang adalah Perdana Menteri Inggris David Cameron dan PM Kanada Stephen Harper.

Demikianlah, dunia telah merasakan kerusakkan kapitalisme. Lalu sistem ekonomi apakah yang dinantikan itu. Tentu saja bagi kaum Muslim, hanya sistem ekonomi syariah yang diterapkan Khilafah yang akan menggusur kapitalisme ke ujung kehancurannya. Ini dengan tegas seperti dinyatakan oleh para pengusaha Muslim yang berkumpul di Jakarta, Kamis, 2012, dengan penuh keyakinan bahwa Syariah dan Khilafah yang akan menggantikan sistem kapitalisme global hari ini.

"Saudara-saudara sekalian, Marilah kita pikirkan sungguh-sungguh. Kemana kita akan mencari solusi atas semua persoalan itu bila tidak kepada Islam? Sosialisme, termasuk komunisme, telah lama hancur dan ditinggalkan para pemeluknya. Memang masih ada negara seperti Kuba dan Korea Utara yang masih setia pada sosialisme, tapi kedua negara itu pun kini selalu dirundung berbagai persoalan, seolah hanya tinggal menunggu waktu menuju kehancurannya," kata Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto di haradapan ribuan para pengusaha.

"Kemudian bagaimana dengan kapitalisme? Ini pilihan jelas tidak masuk akal, oleh karena justru kapitalisme itulah biang dari segala kerusakan dunia saat ini. Dan lihatlah di negara pusat ideologi materialisme ini pun, kapitalisme tengah digugat. Maka, bagi kita umat Islam, sungguh tidak ada pilihan lain untuk kita menyelesaikan kemelut di semua lapangan kehidupan ini kecuali kepada Islam, dengan syariah dan khilafahnya," tegasnya lagi. [m/ant/syabab.com]


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.