Header Ads

Negara Penuh Utang yang Sok Dermawan

Menurut Yenny, setoran triliunan rupiah ini bukanlah pembayaran cicilan uang Pemerintah kepada IMF. "Kalau pembayaran utang kan itemnya ditulis berbeda di LKPP. Kalau utang itu akan tertulis di item pembayaran utang atau belanja," katanya.


Perekonomian Indonesia yang sampai saat ini hancur karena ulah International Monetary Fund (IMF), tapi pemerintah justru menyetorkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan asing penghisap uang rakyat itu sampai kisaran Rp 25,8 triliun lebih. Penyetoran ini masuk dalam item penyertaan modal laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) semester I tahun 2012.

Direktur Riset Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Yenny Sucipto, mempertanyakan tujuan penyetoran misterius tersebut.

"Ini misterius, untuk apa setorannya, belum ketahuan," katanya di Jakarta, Minggu (16/12/2012).

Dalam LKPP semester I tahun 2012 hanya tertulis bahwa dana triliunan rupiah itu disetorkan Pemerintah ke IMF pada 2011 sebagai kewajiban keanggotaan di organisasi atau kembaga keuangan internasional maupun regional. Setoran yang cukup besar ini, menurut Yenny, jelas merugikan keuangan negara karena belum diketahui apa keuntungan balik yang didapat Pemerintah dari penyetoran tersebut. Dia juga mengatakan, penyetoran dana ke IMF ini misterius karena tidak ditemukan dalam LKPP tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Yenny, setoran triliunan rupiah ini bukanlah pembayaran cicilan uang Pemerintah kepada IMF. "Kalau pembayaran utang kan itemnya ditulis berbeda di LKPP. Kalau utang itu akan tertulis di item pembayaran utang atau belanja," katanya.

Koordinator Fitra, Uchok Sky Khadafi, menambahkan bahwa selain tidak transparan dalam hal anggaran, pemerintah hanya buang-buang dana besar saja tanpa ada kejelasan akan manfaat yang didapat. Karena menurut Uchok, biasanya pemerintah jika melakukan penyertaan modal selalu transfaran dan menyebutkan maksud dan tujuannya, juga keuntungan dan dividennya.

“Nah kalau yang ini tidak begitu. Semua itu tidak ada rinciannya. Makanya kita kritisi dan pemerintah harus menjawab untuk apa itu semua dilakukan? Untuk apa mau menyetorkan iuran kalau tidak ada keuntungan yang didapat dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat?” ujarnya sewot.

Enny Sri Hartati dari Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) juga mengatakan bahwa langkah seperti itu membahayakan cadangan devisa (cadev) Indonesia yang tidak terlalu besar.

“Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi, tapi cadev-nya tidak besar-besar amat. Sudah begitu, kita juga utang ke beberapa lembaga multilateral untuk dana darurat sebesar US$5 juta. Bagaimana mungkin kita yang berutang dengan bunga cukup tinggi, tapi kita masih berani memberikan utang?” ujarnya.

Menurut dia, rasio ekspor Indonesia masih lebih rendah dari PDB, yakni hanya 27%. Ia berpendapat, daripada memberikan pinjaman atau dana kepada lembaga internasional seperti IMF, kenapa itu tidak malah dioptimalkan untuk kepentingan domestik?

Kritik serupa di sampaikan Prof. Ahmad Erani Yustika, guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Ia mengatakan bahwa kalau memang benar dana tersebut untuk penyertaan modal maka sama saja dengan mencari masalah.

“Karena di domestik masih ada problem defisit anggaran yang meningkat, kuota BBM yang juga meningkat sedangkan pemerintah belum tahu mendapatkan dana dari mana untuk menutupinya,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry Azhar Azis mengungkapkan, pihaknya akan mengecek kebenaran dari laporan setoran penyertaan modal tersebut. Apabila setoran ini tidak terdapat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN), setoran itu tidak sah, katanya.

”Jika setoran kepada lembaga asing ini merugikan keuangan negara, pemerintah melakukan kesalahan dan perlu dipertanyakan alasan mengeluarkan dana tersebut,” ungkapnya.
Perlu diketahui, selain setor ke IMF, pemerintah juga menyetorkan dana miliaran rupiah ke empat lembaga asing lainnya, yakni International Bank for Reconstruction Development sekitar Rp 39 miliar, International Development Association sekitar Rp 5 miliar, Multilateral Investment Guarantee Agency sekitar Rp 10 miliar, dan Common Fund for Commodities senilai Rp 2,6 miliar. Total penyertaan modal untuk lima lembaga asing tersebut sekitar Rp 25,9 triliun.

Bulan Juli 2012 yang lalu, pemerintah SBY juga menyetor uang ke IMF sebesar 1 Miliar US.
Harus disadari, IMFlah yang merusak ekonomi Indonesia, berbagai negara menjadi kacau perekonomiannya gara-gara banyak mengekor kebijakan yang disarankan IMF. Tapi pemerintah malah jadi pahlawan kesiangan menyelamatkan lembaga keuangan “penghisap” itu!

Peningkatan modal yang dihimpun IMF dari anggota-anggota, sejatinya untuk menyelamatkan ekonomi Amerika dan Negara-negara eropa yang berada di ujung jurang kebangkrutan. Peningkatan modal hanya dalih semata.

Lalu, sampai kapan bangsa berani lepas dari jeratan asing utamanya AS? (Islamtimes/sa)
[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.