Header Ads

Penanganan terorisme teks book ala Amerika dengan standar ganda

Membicarakan masalah terorisme selalu selalu menarik meski ada sikap bosan.Menarik karena akan muncul tanda tanya siapa pelakunya,siapa sejatinya dalangnya dan apa kepentingannya? Sementara membosankan karena isu tersebut akan mengarah kepada umat Islam sebagai obyeknya.


Kondisi ini tidaklah mengherankan mengingat sejak dekade 1980 perang global yang dicanangkan Barat yang di komandoi Amerika menempatkan Islam dan kaum Muslimin sebagai sasarannya.Hal inilah yang harus diwaspadai umat Islam di manapun berada. Demikian terungkap dalam diskusi "Isu Terorisme dan Islamphobia" yang berlangsung di GSG Masjid Salman ITB Kota Bandung, Sabtu (8/12/2012) seperti dikutip dari hidayatullah.com.

Acara menghadirkan dua nara sumber Nasir Abbas, kini Technical Assistant Polri dan Abu Rusydan selaku pengamat terorisme.

Namun dua narasumber yang mengaku sama-sama alumni Akademi Militer Mujahidin Afghanistan tersebut berbeda pendapat saat disinggung masalah isu terorisme dan penanganan kasus terorisme di Indonesia.

Abu Rusydan berpendapat bahwa isu dan penanganan terorisme yang dijalankan Polri dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkesan mengambil teks book ala Amerika dengan mengggunakan standar ganda.Dimana akan memperlakukan secara beda pada pelaku yang berbeda keyakinan.

"Separatisme tidak dianggap sebagai terorisme global.Sementara kaum Muslimin yang membela haknya dalam menegakan dienul Islam akan dicap sebagai teroris,"jelasnya.

Untuk itu dia berharap Polri bersikap fair dan bertindak secara profesional sesuai hukum dan standar yang berlaku.Dengan tidak memfitnah umat Islam dan mencari pembenaran sepihak dalam penanganan.

Namun hal tersebut segera ditampik Nasir Abbas,menurutnya pandangannya apa yang selama ini yang Polri masih dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat dalam masalah keamanan.

"Kalaupun ada kasus salah tangkap maka itu hal yang wajar.Saya kira apapun pekerjaan manusia tidak ada yang sempurna,jika dianggap salah diluruskan saja,"dalihnya.

Nasir mengaku dirinya bagian dari institusi Polri dan apa yang ia lakukan selama ini terhadap Polri hanya sebagai bentuk muamalah semata dan bertindak sebagai penengah antara umat Islam dan aparat keamanan.

Meski berbeda pendapat namun keduanya sepakat jika umat Islam khususnya di Indonesia harus tetap mewaspadai isu terorisme dengan tetap berpegang teguh pada al-Quran dan tauladan Rasulullah.Serta menjaga sikap ukhuwah dan saling menguatkan.

"Kalau ada orang yang sekali menipu kita maka alangkah jahatnya dia.Namun kalau orang itu sering kali menipu kita maka alangkah bodohnya,"pesan Abu Rusydan. [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.