Header Ads

Video Penyiksaan, Konfirmasi Kekejaman Densus 88

Beredar luasnya di dunia maya video kekejaman Densus 88 dan Brimob menyiksa warga yang diduga teroris menurut Muhammad Ismail Yusanto merupakan bentuk konfirmasi dari aparat penegak hukum tersebut. “Jadi video itu mengkonfirmasi apa yang selama ini diprihatinkan oleh banyak orang terhadap Densus 88,” simpul Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia tersebut kepada mediaumat.com, Ahad (3/3).


Menurutnya, video itu bukti kesekian kalinya bahwa Densus 88 itu telah melakukan tindakan di luar kepatutan, di luar kepantasan, pendek kata banyak melakukan tindakan yang melanggar HAM. Berupa penangkapan, penyiksaan, pembunuhan tanpa dasar hukum.

Di berbagai tempat. Bukan hanya di satu tempat. Di Poso, di Dompu, di Solo, di Medan dan di tempat-tempat lain. “Karena itu sesungguhnya, Kapolri harus segera bertindak. Oleh karena buktinya sudah sedemikian nyata,” tegasnya.

Menurut Ismail, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, pimpinan Densus 88 harus dihukum. “Dia harus bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang bertentangan dengan hukum itu sendiri,” tuntutnya.

Kedua, Densus 88 harus dibubarkan karena perang melawan teroris itu, semakin kehilangan arah. Terbukti dari apa yang mereka lakukan itu sudah tidak jelas lagi sasarannya. “Kalau dulu kan ada tema itu, “menangkap Nurdin M Top” atau apa itu kalau sekarang ini baru terduga teroris sudah diperlakukan kayak begitu,” pungkasnya.

Kejamnya Densus

Video kekerasan terhadap warga terduga teroris menyebar luas di dunia maya. Seperti dideskripsikan tempo.co, rekaman penganiayaan oleh personel polisi diduga dari Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Brigade Mobil diunduh ke Youtube oleh situs ArrahmahChannel pada Jumat, 1 Maret 2013 lalu.

Video tersebut berdurasi sekitar 13.55 menit, berisi tindakan penganiayaan oleh polisi. Di dalam video tergambar jelas puluhan polisi berpakaian seragam. Sebagian di antara mereka mirip seragam Densus 88, serba hitam. Ada juga polisi berseragam Brigade Mobil. Mereka menenteng senjata laras panjang.

Pada menit awal terlihat beberapa warga dengan tangan terikat, berbaring di tengah tanah lapang sambil bertelanjang dada. Menit berikutnya, terlihat seorang warga dengan tangan terborgol berjalan menuju tanah lapang seorang diri. Terdengar suara teriakan petugas kepada orang tersebut agar membuka celana.

Sambil berjongkok dia membuka celana. Gambar berikutnya, orang tersebut sudah berdiri sambil berjalan, namun tiba-tiba tersungkur. Dia terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia dipaksa berjalan ke tanah lapang.

Orang itu diketahui bernama Wiwin setelah polisi menginterogasinya. Meski Wiwin bersimbah darah, polisi tetap saja menanyai dia tanpa berusaha untuk menolong. Bahkan ada di antara polisi yang justru mengingatkan Wiwin bahwa sebentar lagi akan mati. “Win istigfar, kamu sudah mau mati,” kata seorang polisi kepada Wiwin.[] Joko Prasetyo [mediaumat/htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.