Header Ads

Sekitar 7.250 Peserta Konferensi Islam dan Peradaban 1435 H Penuhi GOR Ken Arok Malang

Sekitar 7.250 Peserta Konferensi Islam dan Peradaban 1435 H Penuhi GOR Ken Arok Malang
Kamis (29/05) HTI DPD II Malang menggelar Konferensi Islam dan Peradaban yang mengambil tajuk, “Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal”. Sejak pagi, para peserta sudah berbondong-bondong dari kabupaten Malang. Tidak hanya itu, rombongan dari Kediri, Mojokerto, Tulungagung, dan Magetan juga turut menyemarakkan acara. Salah satunya adalah Bunedar, peserta asal Magetan yang sejak pagi sudah duduk di barisan paling depan. “Seharusnya umat sadar bahwa mereka diciptakan oleh Allah, maka selayaknya mereka diatur dengan hukum Allah”, begitulah komentar beliau sesaat sebelum acara dimulai.



Gor Ken Arok, gedung yang berkapasitas 7000 orang sejak pagi hari terus dipadati oleh peserta dari berbagai daerah dengan menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, angkutan umum, dan bis. Mabruri salah satunya. Peserta asal Kediri ini mengaku berangkat dari rumah pukul 02.00 dini hari agar tidak kehilangan momen acara. Meski tampak lelah, Mabruri dengan wajah berseri-seri mengatakan, “melalui acara ini kami dapat menyambung silah ukhuwah dengan kaum muslimin dari daerah lain”. Saat acara dimulai, para peserta masih terus berdatangan, sebagian tampak berdiri di barisan belakang.

Saat memulai acara, Dr. Sucipto (Humas DPD II HTI Malang) menyampaikan, “Indonesia telah dikuasai oleh korporasi asing sehingga SDA habis dikuras untuk kepentingan mereka. Itulah sebabnya, tidak ada jalan lain untuk melepaskan Negara ini dari cengkeraman asing selain dengan menegakkan syari’ah dan Khilafah.” Inilah kampanye HTI Malang untuk menyelamatkan Indonesia dari sistem sekularisme yang menggurita.

Saat tayangan dokusinema, semua mata tertuju pada tayangan yang memaparkan perampokan perusahaan asing seperti P.T. Freeport yang mengeksploitasi ribuan ton emas di Papua. Pandangan mata peserta terus melekat pada tayangan saat menampilkan fakta kacaunya penerapan hukum di Indonesia. Kasus suap di peradilan hingga kasus mega korupsi yang melibatkan penegak hukum.

Para peserta pun dengan serempak memekikkan takbir, menyambut pemateri pertama naik ke atas panggung. “Pemilu itu mahal, maka potensi korupsi pun juga besar. Bagaimana tidak, calon legislatif mesti menyiapkan modal kampanye dalam jumlah besar, sehingga ketika menjabat mereka berupaya sekuat tenaga mencari keuntungan untuk mengembalikan modal”, ungkap Ustadz Tamyis Sa’ad ketika menyampaikan materi pertama.

Di penghujung acara peserta tampak syahdu dalam alunan syair rindu Rasul yang dibawakan oleh pembawa acara. Di antaranya ada yang menitik air mata, sambil tertunduk khusyu’ meresapi makna syair.[]kusnady/MI Malang. [htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.