Header Ads

Pimpinan Ponpes Dan Panti Asuhan Berkumpul Bahas Penegakan Syariah Dan Khilafah

Pimpinan Ponpes Dan Panti Asuhan Berkumpul Bahas Penegakan Syariah Dan Khilafah
HTI DPD II Sleman mengadakan Sarasehan Tokoh Umat, Ahad (22/3). Acara yang dihadiri oleh tokoh-tokoh, pimpinan pondok pesantren dan panti asuhan ini bertempat di Rumah Makan Joglo Dhahar Jalan Kaliurang Sleman. Acara sarasehan ini membahas mengenai peran pondok pesantren dan panti asuhan dalam menyelamatkan Indonesia dari ancaman neoliberalisme dan neoimperialisme dengan syari’ah dan khilafah dan juga sekaligus sebagai sebuah bentuk penguatan silah ukhuwah HTI bersama tokoh umat.



Acara ini dibuka dengan sebuah rekaman pidato Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam Kongres Umat Islam beberapa waktu lalu. “Pada 1479, Sultan Turki mengukuhkan Raden Patah sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan penyerahan bendera Laa ilaha illallah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain kiswah Ka’bah...” tutur Sri Sultan dalam rekaman tersebut.

Acara sarasehan tokoh umat ini menghadirkan dua pembicara. Pembicara pertama Ust Rosyid Supriadi, MSi Ketua DPD I HTI DIY dan pembicara ke dua Ust Ir. Ahmad Fadholi Pimpinan Pondok Pesantren Nahdhotul Muslimat Solo.

Dalam pemaparannya Ust Rosyid menyampaikan bahwa 90 % minyak Indonesia dikuasai asing. “Indonesia dari barat sampai timur benar-benar terancam neo imperialisme. Akibatnya kemiskinan dan kerusakan menjadi sebuah kepastian dimana-mana. Semua itu akibat tidak diterapkannya sistem islam”. Ungkapnya.

“Khilafah adalah kepemimpian secara umum atas seluruh umat islam di seluruh dunia. Tidak benar bahwasanya khilafah itu akal-akalannya Hizbut Tahrir karena para sahabat dan para ulama telah bersepakat tentang kewajiban khilafah. Karenanya HTI mengajak kepada seluruh umat kepada para ulama para asatidz untuk menyelamatkan umat dari kezhaliman-kezhaliman ini.”

Pernyataan Ust Rosyid ditegaskan kembali oleh Ust Ahmad Fadholi. Beliau menyatakan bahwa Indonesia di tangan Jokowi-JK, neoliberalisme semakin kaffah, neo imperialisme kian mencengkeram. “Sekarang indonesia berada di dalam perekonomian yang sangat liberal. Liberalisasi tidak hanya di sektor migas, tetapi juga merambah ke sektor pendidikan dan kesehatan. Maka tidak ada solusi lain selain kembali kepada syari’ah islam secara kaffah.”

Acara ini diakhiri dengan testimoni dari peserta yang hadir. Testimoni pertama disampaikan oleh Ust Dhuha Pimpinan Ponpes Mahasiswa Hadza Min Fadhli Rabbi, “kita harus nyengkuyung, bersama-sama untuk menjemput janji Allah tentang tegaknya Khilafah. Dan pesantren kami berjanji demi Allah akan terus mendukung Hizbut tahrir untuk menyongsong janji Allah tersebut.” Ungkap Ust Dhuha.

Testimoni ke dua disampaikan oleh Ust Rusyadi Hidayat pimpinan Rumah Tahfizh Bismillah. Beliau mengatakan, “Demokrasi telah mengambil haknya Allah dalam membuat hukum. Maka orang-orang yang meyakini demokrasi itu baik telah jatuh kepada syirik. Penegakan khilafah adalah harga mati. Bila tidak mau menegakkan khilafah maka lebih baik mati saja.” Tegasnya dengan nada terisak. Allahu akbar! [IDF/angkringandakwah.com][www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.