Muslim Inggris kecam Pemutaran "Fitna" di Parlemen Inggris
Pemutaran film kontroversial anti-Islam Geert Wilders di Inggris pada ahri Ahad yang lalu telah menimbulkan kemarahan umat Islam dan organisasi HAM yang menyebut anggota parlemen Belanda tersebut sebagai "fasis" dan "rasis."
Film "Fitna", diputar di House of Lords (parlemen) Inggris dalam undangan terhadap Wilders hingga tanggal 5 Maret dari Lord Malcolm Pearson, pemimpin Partai Kemerdekaan Kerajaan Inggris (UKIP) dan anggota House of Lords, Baroness Caroline Anne Cox.
Wilders menyatakan bahwa perjalanannya ke Inggris merupakan bagian dari upaya kampanye "Stop Islamization Of Europe" (SIOE). Sioe adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk mencegah Islam menjadi kekuatan politik besar di Eropa. Kunjungan Wilders kali ini didukung oleh kelompok sayap kanan Liga Pertahanan Inggris (EDL).
Film Fitna, yang menyatakan Islam tidak kompatibel dengan demokrasi dan menyatakan Al-Quran buku fasis, sebenarnya telah dijadwalkan untuk diputar di Inggris pada tahun 2009. Namun, Wilders ditolak masuk ke negara tersebut. Dia dituduh menghasut kebencian dan ditetapkan sebagai persona non grata. Larangan itu akhirnya dapat dibatalkan pada Oktober 2009, yang disebut Wilders sebagai "kemenangan bagi kebebasan."
Kelompok-kelompok HAM Inggris mengecam kunjungan Wilders dan menyampaikan keluhan kepada Menteri Dalam Negeri, mereka menyebut Wilders versi Belanda dari Liga Pertahanan Inggris (EDL), yang tujuan satu-satunya adalah untuk melawan kehadiran Islam di Eropa, dan sedangkan partai sayap kanan Partai Nasional Inggris (BNP), mereka sebut membatasi keanggotaannya hanya untuk Kaukasia.
Para pengunjuk rasa dari Unite Against Fascism (UAF) melambai-lambaikan poster yang berbunyi "EDL + BNP = Nazi rasis preman" dan meneriakkan "EDL, Go to Hell, dan ajak teman-teman Nazi Anda juga."
Polisi memastikan untuk demonstran UAF pemrotes menjauh dari pendukung ADL yang membawa poster-poster menyambut Wilders.
Sementara itu, umat Islam di dalam dan di luar Inggris melanjutkan kampanye mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai penghinaan yang disengaja secara sistematis dan diarahkan terhadap agama Islam, kitab suci, dan nabi Muhammad.
Kampanye, yang sebagian besar diluncurkan di internet menyerukan untuk memboikot negara-negara yang menghina Islam, mengutip film Fitna Wilders, kartun Denmark, dan film Submission Theo Van Gough sebagai beberapa contoh mencolok penghinaan terhadap Islam di Eropa. (fq/aby/eramuslim.com)
Film "Fitna", diputar di House of Lords (parlemen) Inggris dalam undangan terhadap Wilders hingga tanggal 5 Maret dari Lord Malcolm Pearson, pemimpin Partai Kemerdekaan Kerajaan Inggris (UKIP) dan anggota House of Lords, Baroness Caroline Anne Cox.
Wilders menyatakan bahwa perjalanannya ke Inggris merupakan bagian dari upaya kampanye "Stop Islamization Of Europe" (SIOE). Sioe adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk mencegah Islam menjadi kekuatan politik besar di Eropa. Kunjungan Wilders kali ini didukung oleh kelompok sayap kanan Liga Pertahanan Inggris (EDL).
Film Fitna, yang menyatakan Islam tidak kompatibel dengan demokrasi dan menyatakan Al-Quran buku fasis, sebenarnya telah dijadwalkan untuk diputar di Inggris pada tahun 2009. Namun, Wilders ditolak masuk ke negara tersebut. Dia dituduh menghasut kebencian dan ditetapkan sebagai persona non grata. Larangan itu akhirnya dapat dibatalkan pada Oktober 2009, yang disebut Wilders sebagai "kemenangan bagi kebebasan."
Kelompok-kelompok HAM Inggris mengecam kunjungan Wilders dan menyampaikan keluhan kepada Menteri Dalam Negeri, mereka menyebut Wilders versi Belanda dari Liga Pertahanan Inggris (EDL), yang tujuan satu-satunya adalah untuk melawan kehadiran Islam di Eropa, dan sedangkan partai sayap kanan Partai Nasional Inggris (BNP), mereka sebut membatasi keanggotaannya hanya untuk Kaukasia.
Para pengunjuk rasa dari Unite Against Fascism (UAF) melambai-lambaikan poster yang berbunyi "EDL + BNP = Nazi rasis preman" dan meneriakkan "EDL, Go to Hell, dan ajak teman-teman Nazi Anda juga."
Polisi memastikan untuk demonstran UAF pemrotes menjauh dari pendukung ADL yang membawa poster-poster menyambut Wilders.
Sementara itu, umat Islam di dalam dan di luar Inggris melanjutkan kampanye mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai penghinaan yang disengaja secara sistematis dan diarahkan terhadap agama Islam, kitab suci, dan nabi Muhammad.
Kampanye, yang sebagian besar diluncurkan di internet menyerukan untuk memboikot negara-negara yang menghina Islam, mengutip film Fitna Wilders, kartun Denmark, dan film Submission Theo Van Gough sebagai beberapa contoh mencolok penghinaan terhadap Islam di Eropa. (fq/aby/eramuslim.com)
Tidak ada komentar