Header Ads

Prihatin dengan nasib anak Indonesia, Muslimah HTI berunjuk rasa

Bandung - Ratusan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berunjuk rasa dengan orasi dan menyeret boneka-boneka di Jalan aspal depan Bandung Indah Plaza (BIP) Jalan Merdeka, Sabtu (23/7/2011). Aksi teatrikal tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan karena pemerintah dinilai belum mampu memberikan kesejahteraan, perlindungan hak-hak terhadap anak-anak Indonesia.

Juru bicara HTI, Indira Rahmawati mengatakan saat ini tercatat ada 76 juta keluarga miskin sehingga mengakibatkan 1 juta anak mengalami gizi buruk.

Indira mengatakan bahwa pemerintah belum memperhatikan nasib anak-anak, hal tersebut terbukti banyaknya anak jalanan menjamur dimana-mana.

Indira mengatakan, selain masih banyak anak yang tidak mendapat pendidikan dan kesehatan yang layak yang lebih memprihatinkan banyak anak-anak korban pelecehan seksual karena kurangnya perlindungan.

Sementara itu, Wakil Presiden Boediono menyatakan bahwa peringatan Hari Anak Nasional (HAN) bukan sekedar seremonial rutin. Peringatan yang dilakukan sejak tahun 1986 tersebut harus menjadi momentum untuk memadukan tekad bersama guna menyiapkan generasi pengganti yang lebih handal.

“Peringatan Hari Anak Nasional bukan sekedar hanya sebuah acara seremonial rutin, tetapi harus menjadi momentum bagi kita semua untuk memadukan tekad kita bersama untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi generasi pengganti yang lebih handal dari generasi kita,” ungkap Boediono dalam sambutannya di acara peringatan Hari Anak Nasional di Rama Shinta Hall, Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (23/7).

Boediono menambahkan bahwa peringatan Hari Anak Indonesia juga seyogyanya menjadi momentum bagi kita semua yang peduli terhadap anak-anak kita, anak-anak Indonesia, untuk mempertajam langkah-langkah kita mensinergikan program-program dan kegiatan-kegiatan kita agar manfaat yang maksimal dapat kita berikan kepada anak-anak kita.

Dengan tujuan itu, Boediono pun mengajak segenap pihak untuk tidak berjalan sendiri-sendiri. Menurutnya semua pihak harus kembali memfokuskan perhatian kepada program-program yang menjadi akar permasalahan yang antara lain kemiskinan keluarga, dan ketidaktahuan keluarga. (tbn/arrahmah)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.