David Cameron di Indonesia, Seorang Salesman Pendusta Yang Berbohong Tentang Demokrasi
London, Inggris, 12 April 2012 - Dalam pidatonya hari ini di Indonesia, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyerukan dunia Islam untuk “merangkul demokrasi” dan menolak seruan yang berkembang di wilayah ini bagi pemerintahan Islam yang dia sebut sebagai “ekstremisme”.
Mengomentari pidatonya, Taji Mustafa, perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris mengatakan: “Sementara dia dengan nyamannya berdiam diri atas dukungan Inggris bagi diktator otoriter seperti di Arab Saudi, ia membuat lukisan yang tidak lengkap tentang demokrasi dan mengkritik empat jenis orang yang menentangnya. ”
“Ketika dia mengkritik” para pemimpin otoriter ‘, dia tidak menyebutkan bahwa pemerintah Inggris secara berturut-turut telah mendukung rezim semacam itu untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, bahwa dia telah mengundang’ Raja’ Bahrain yang otoriter dalam rangka perayaan ulang tahun Ratu Inggris; dan bahwa pada bulan Februari 2012 pemerintahnya berkunjung menemui Presiden Uzbekistan, Islam Karimov, salah satu tiran paling brutal dan paling kejam di dunia. ”
“Ketika dia mengkritik ‘kelompok elit yang korup’ dengan mengakui kebenaran bahwa ‘korupsi mengingkari taruhan ekonomi dan politik rakyat’ dia tidak mengatakan bahwa pemerintah demokratis - dari mulai Westminster hingga Islamabad dan Dhaka - adalah pemerintahan yang memelihara korupsi. Dia tampaknya telah lupa bahwa bulan lalu seorang anggota senior partainya sendiri tertangkap kamera sedang ‘menjual’ undangan makan malam pribadi bersamanya kepada sekelompok elit pada perusahaan Inggris, di mana mereka bisa mempengaruhi kebijakan, jika mereka memberikan sumbangan untuk partainya. ”
“Ketika dia mengkritik ‘tribalis’, dia tidak mengatakan bahwa di Inggris dan Eropa tumbuh intoleransi rasisme dan kekerasan terhadap kaum minoritas - termasuk terhadap kaum Muslim dan imigran. Memang, semakin sedikit orang di Inggris yang tampak terganggu atas hal ini karena mereka semakin memperlakukan kaum Muslim sebagai warga negara kelas kedua, dengan menangkap beberapa orang Muslim selama beberapa tahun, tanpa ada tuduhan atau pengadilan atas mereka atau bahkan menunjukkan bukti-bukti kepada mereka. ”
“Ketika dia mengangkat isu ‘ekstremisme’, ia sengaja mencampur adukkan sejumlah kecil kasus yang mendorong kekerasan, dengan kasus dari mereka yang mempromosikan pemerintahan Islam sebagai sistem yang lebih baik dan lebih benar dari sistim demokrasi - walaupun mereka tidak percaya pada kekerasan sebagai metode perubahan, namun dia menginginkan pelarangan! ”
“Sistem pemerintahan Islam, di bawah Khilafah, mendorong ide terpilihnya pemimpin yang bertanggung jawab; di mana agama-agama kaum minoritas mendapatkan perlindungan berdasarkan konstitusi; mana hukum berasal dari Syariah, sehingga hukum tidak dapat dipengaruhi oleh kaum elit korporasi; dimana aturan hukum adalah hal yang terpenting dan berlaku bagi semua orang- termasuk Khalifah, di mana korupsi harus dibasmi, tidak seperti dalam sistem demokrasi yang malah mendorong hal itu “.
“Alasan bagi ketidak jujuran Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara kapitalis lainnya dan sikap munafik mereka pada isu-isu Islam, kebebasan, demokrasi dan kediktatoran, adalah karena pemerintahan Islam yang sesungguhnya akan mengakhiri cengkraman kolonial Barat yang terus-menerus atas negara-negara Muslim, dan mengakhiri penggunaan lembaga-lembaga internasional supaya mereka tetap menjadi negara-negara yang kuat dengan mengorbankan negara-negara lain. ”
“Rakyat Indonesia, Malaysia dan dimanapun bukan tidak menyadari kesalahan dari pidato itu - dan itulah alasannya mengapa semakin banyak orang di semua wilayah mendukung kembali atas pendirian kembali Khilafah yang tidak terelakan.”
(rz/ http://www.hizb.org.uk/press-releases/camerons-extremism-and-islam-a-dishonest-salesman-lying-about-democracy)
[al-khilafah.org]
Mengomentari pidatonya, Taji Mustafa, perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris mengatakan: “Sementara dia dengan nyamannya berdiam diri atas dukungan Inggris bagi diktator otoriter seperti di Arab Saudi, ia membuat lukisan yang tidak lengkap tentang demokrasi dan mengkritik empat jenis orang yang menentangnya. ”
“Ketika dia mengkritik” para pemimpin otoriter ‘, dia tidak menyebutkan bahwa pemerintah Inggris secara berturut-turut telah mendukung rezim semacam itu untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, bahwa dia telah mengundang’ Raja’ Bahrain yang otoriter dalam rangka perayaan ulang tahun Ratu Inggris; dan bahwa pada bulan Februari 2012 pemerintahnya berkunjung menemui Presiden Uzbekistan, Islam Karimov, salah satu tiran paling brutal dan paling kejam di dunia. ”
“Ketika dia mengkritik ‘kelompok elit yang korup’ dengan mengakui kebenaran bahwa ‘korupsi mengingkari taruhan ekonomi dan politik rakyat’ dia tidak mengatakan bahwa pemerintah demokratis - dari mulai Westminster hingga Islamabad dan Dhaka - adalah pemerintahan yang memelihara korupsi. Dia tampaknya telah lupa bahwa bulan lalu seorang anggota senior partainya sendiri tertangkap kamera sedang ‘menjual’ undangan makan malam pribadi bersamanya kepada sekelompok elit pada perusahaan Inggris, di mana mereka bisa mempengaruhi kebijakan, jika mereka memberikan sumbangan untuk partainya. ”
“Ketika dia mengkritik ‘tribalis’, dia tidak mengatakan bahwa di Inggris dan Eropa tumbuh intoleransi rasisme dan kekerasan terhadap kaum minoritas - termasuk terhadap kaum Muslim dan imigran. Memang, semakin sedikit orang di Inggris yang tampak terganggu atas hal ini karena mereka semakin memperlakukan kaum Muslim sebagai warga negara kelas kedua, dengan menangkap beberapa orang Muslim selama beberapa tahun, tanpa ada tuduhan atau pengadilan atas mereka atau bahkan menunjukkan bukti-bukti kepada mereka. ”
“Ketika dia mengangkat isu ‘ekstremisme’, ia sengaja mencampur adukkan sejumlah kecil kasus yang mendorong kekerasan, dengan kasus dari mereka yang mempromosikan pemerintahan Islam sebagai sistem yang lebih baik dan lebih benar dari sistim demokrasi - walaupun mereka tidak percaya pada kekerasan sebagai metode perubahan, namun dia menginginkan pelarangan! ”
“Sistem pemerintahan Islam, di bawah Khilafah, mendorong ide terpilihnya pemimpin yang bertanggung jawab; di mana agama-agama kaum minoritas mendapatkan perlindungan berdasarkan konstitusi; mana hukum berasal dari Syariah, sehingga hukum tidak dapat dipengaruhi oleh kaum elit korporasi; dimana aturan hukum adalah hal yang terpenting dan berlaku bagi semua orang- termasuk Khalifah, di mana korupsi harus dibasmi, tidak seperti dalam sistem demokrasi yang malah mendorong hal itu “.
“Alasan bagi ketidak jujuran Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara kapitalis lainnya dan sikap munafik mereka pada isu-isu Islam, kebebasan, demokrasi dan kediktatoran, adalah karena pemerintahan Islam yang sesungguhnya akan mengakhiri cengkraman kolonial Barat yang terus-menerus atas negara-negara Muslim, dan mengakhiri penggunaan lembaga-lembaga internasional supaya mereka tetap menjadi negara-negara yang kuat dengan mengorbankan negara-negara lain. ”
“Rakyat Indonesia, Malaysia dan dimanapun bukan tidak menyadari kesalahan dari pidato itu - dan itulah alasannya mengapa semakin banyak orang di semua wilayah mendukung kembali atas pendirian kembali Khilafah yang tidak terelakan.”
(rz/ http://www.hizb.org.uk/press-releases/camerons-extremism-and-islam-a-dishonest-salesman-lying-about-democracy)
[al-khilafah.org]
Tidak ada komentar