Header Ads

Ismail Yusanto: Akar Masalahnya pada Sikap Ahmadiyah yang Keras Kepala

Telah sepekan SKB dikeluarkan, tetapi hingga kini Ahmadiyah belum juga dibubarkan. Padahal kesesatannya telah nyata. Solusi bagi jemaat Ahmadiyah hanya ada, kembali kepada Islam atau membuat agama baru. Tapi hal itu tidak juga dilakukan oleh pihak Ahmadiyah. Akar masalahnya terletak pada sikap Ahmadiyah yang keras kepala. Untuk menyelesaikannya Ahmadiyah harus dibubarkan.

Demikian ditegaskan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto dalam sebuah acara dialog di salah satu televisi nasional yang disiarkan Selasa malam (17/06). Selain Ismail hadir juga Atha Mudzhar dari Departemen Agama, Komaruddin Hidayat (Rektor UIN), dan KH. Ma'ruf Amin (Ketua MUI).

Menurut Ismail Yusanto, dirinya setuju bahwa SKB ini adalah sebuah langkah maju. "Setelah sekian lama pemerintah tidak bersikap akhirnya toh juga bersikap," katanya.

Akan tetapi menurut Ismail, dirinya menilai dengan sejujurnya bahwa SKB ini belumlah menyentuh substansi dari persoalan Ahmadiyah ini. Menurutnya substansi dari persoalan Ahmadiyah itu anatara lain, pertama Ahmadiyah ini meyakini Mirza Ghulam Ahmad ini sebagai nabi terakhir setelah nabi Muhammad. Kedua, fakta bahwa Ahmadiyah ini telah melakukan kita sering sebut-sebut pengacak-acakkan terhadap al-Quran melalui kitab Tadzkirah itu.

Ismail lebih lanjut menegaskan penyelesaian tersebut adalah kembali kepada Islam atau membentuk agama baru. Namun pada faktanya Ahmadiyah tidak melakukan satu pun pilihan tersebut.

"Maka solusi satu-satunya kalau situasi seperti itu untuk menghilangkan substansi persoalan itu, penghinaan Rasul dan pelecehan al-Quran maka Ahmadiyah ini harus dibubarkan. Disitulah mengapa kita menuntut dikeluarkannya Keppres untuk pembubaran Ahmadiyah," tegas Ismail.

Ismail juga mepertegas sikap kerasnya Ahmadiyah, menyambung pernyataan dari pihak Ahmadiyah yang saat itu diwakili oleh Zafrullah Pontoh yang menyatakan pihaknya masih mengaku Islam dan enggan untuk membentuk agama baru.

"Ini kita baru saksikan, kan. Persoalan sudah sedemikian jelas. Pilihannya juga sudah jelas. Kalau tetap ingin dianggap Islam, tinggalkan keyakinan-keyakinan yang menyimpang tadi itu. Kalau tidak mau maka bentuk perahu sendiri. Tetapi tadi dia bilang bahwa dia juga tidak mau bentuk perahu sendiri. Jadi pertanyaan kemudian mereka maunya apa. Jadi saya melihat bahwa akar masalahnya terletak pada sikap Ahmadiyah yang keras seperti ini. Yang dia tidak solutif," kata Ismail.

Ismail juga membantah apa yang dikatakan Zafrullah Pontoh dari Ahmadiyah yang mengatakan perlu dilakukan dialog. Padahal dialog sudah dilakukan 7 putaran selama tahun 2007. Tetapi pada faktanya petinggi Ahmadiyah ini tidak meneruskan 12 kesepakatan itu ke bawahnya.

Dialog semakin seru terlebih lagi ketika ditanya apakah Mirza Ghulam Ahmad itu Rasul atau bukan, Zafrullah Pontoh tidak menjawab dan berupaya berlindung di bawah SKB. Tegas saja, Ismail Yusanto semakin yakin sikap Ahmadiyah yang memang keras kepala itu.

"Buat orang Islam biasa, itu dengan tegas mengatakan Nabi Muhammad itu nabi terakhir, Mirza Ghulam Ahmad itu bukan nabi. Tapi coba kita lihat, untuk menjawab pertanyaan yang ringan saja belibetnya nggak karu-karuan," kata Ismail.

"Kalau ada kriminalitas itu berbahaya, tetapi lebih berbahaya lagi kalau ada kriminalitas yang terorganisasi. Kalau ada penyimpangan itu sesuatu yang berbahaya, teapi lebih berbahaya lagi adanya penyimpangan terorganisasi.

Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin berkata, "Majelis ulama menyambut baik SKB itu. Tetapi belum memenuhi tuntutan MUI, karena tuntutannya adalah pelarangan dan pembubaran."

"Kami tetap masih mengharapkan Ahmadiyah itu kembali kepada jalan yang benar. karena itu SKB ini saya kira kita terima sebagai satu upaya mengembalikan mereka.
Tetapi juga Majelis Ulama menginginkan kalau mereka tidak kembali ya minta tetap untuk dilarang dan dibubarkan. Melalui keppres menurut undang-undang itu." kata Ma'ruf Amin. [z/metro/sybb]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.