Di London, Wilders Lagi-Lagi Menghina Islam dan Nabi Muhammad Saw
Ratusan orang berunjuk rasa di depan gedung parlemen Inggris di kota London. Mereka memprotes kedatangan anggota parlemen Belanda, Geert Wilders ke kota itu untuk memutar film-anti Islamnya yang kontroversial berjudul "Fitna".
Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk-spanduk yang bertuliskan "Orang rasis tidak diterima di sini" saat Wilders memutar film "Fitna"nya untuk para anggota parlemen. Jumlah pengunjuk rasa yang cukup banyak, menutup jalan di depan gedung parlemen di London Tengah.
Seorang pengunjuk rasa yang tidak mau menyebut namanya mengungkapkan keresahannya terhadap Wilders. "Saya khawatir kunjungan Wilders membawa agenda rasis," ujarnya.
Kunjungan Wilders ke London disponsori oleh Lord Malcolm Pearson, anggota majelis tinggi parlemen Inggris. Pearson pernah mengundang Wilders untuk datang ke London pada bulan Februari 2009 , tapi kunjungan itu gagal. Wilders ditolak masuk Inggris karena ia berniat memutar film "Fitna"nya di Inggris.
Larangan itu dianulir pada bulan Oktober dan pada bulan itu juga Wilders melakukan kunjungan pertamanya ke Inggris. Ia lalu merencanakan pemutaran film "Fitna" dalam kunjungan berikutnya.
Film itu memicu kemarahan umat Islam karena Wilders menyamakan Islam dengan ajaran Nazi dan menampilkan gambar-gambar serangan 11 September 2001 di AS berdampingan degan gambar-gambar Al-Quran. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menilai film "Fitna" sebagai fim "anti-Islam" yang telah menyinggung perasaan umat Islam.
Sementara itu, pada para wartawan di London, Wilders kembali melontarkan pernyataan yang menghina Islam. Ia menyebut Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yang "barbar".
"Mengapa saya bilang begitu? karena itu kebenaran. Saya yakin, cukup sudah Islam di Eropa. Saya meyakini Islam sebagai agama kekerasan. Islam dan demokrasi tidak sejalan. Semakin banyak islamisme di Eropa, kita akan makin banyak kehilangan kebebasan," kata Wilders sinis.
"Saya tidak menentang umat Islam. Yang menjadi masalah buat saya adalah ideologi Islam yang menurut saya ideologi totaliter," sambungnya.
Sosok anti-Islam ini sedang di atas angin di negeri asalnya, Belanda. Partai Wilders. Partai Kebebasan (PVV) berhasil memenangkan pemilu di kawasan Almere yang berpenduduk sekitar 190.000 orang dan diduga akan menjadi salah satu partai yang akan mendapatkan dukungan suara besar dalam pemilu Belanda bukan Juni mendatang.
Seorang pengunjuk rasa di London kembali mengungkapkan kekhawatirannya jika Wilders unggul di pemilu di Belanda. "Tapi saya yakin, para aktivis anti-fasis di seluruh Eropa akan menentangnya dan Wilders tidak akan bisa melewati sebuah ruangan tanpa menghadapi perlawanan," kata si pengunjuk rasa optimis. (ln/iol/yn/eramuslim.com)
Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk-spanduk yang bertuliskan "Orang rasis tidak diterima di sini" saat Wilders memutar film "Fitna"nya untuk para anggota parlemen. Jumlah pengunjuk rasa yang cukup banyak, menutup jalan di depan gedung parlemen di London Tengah.
Seorang pengunjuk rasa yang tidak mau menyebut namanya mengungkapkan keresahannya terhadap Wilders. "Saya khawatir kunjungan Wilders membawa agenda rasis," ujarnya.
Kunjungan Wilders ke London disponsori oleh Lord Malcolm Pearson, anggota majelis tinggi parlemen Inggris. Pearson pernah mengundang Wilders untuk datang ke London pada bulan Februari 2009 , tapi kunjungan itu gagal. Wilders ditolak masuk Inggris karena ia berniat memutar film "Fitna"nya di Inggris.
Larangan itu dianulir pada bulan Oktober dan pada bulan itu juga Wilders melakukan kunjungan pertamanya ke Inggris. Ia lalu merencanakan pemutaran film "Fitna" dalam kunjungan berikutnya.
Film itu memicu kemarahan umat Islam karena Wilders menyamakan Islam dengan ajaran Nazi dan menampilkan gambar-gambar serangan 11 September 2001 di AS berdampingan degan gambar-gambar Al-Quran. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menilai film "Fitna" sebagai fim "anti-Islam" yang telah menyinggung perasaan umat Islam.
Sementara itu, pada para wartawan di London, Wilders kembali melontarkan pernyataan yang menghina Islam. Ia menyebut Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yang "barbar".
"Mengapa saya bilang begitu? karena itu kebenaran. Saya yakin, cukup sudah Islam di Eropa. Saya meyakini Islam sebagai agama kekerasan. Islam dan demokrasi tidak sejalan. Semakin banyak islamisme di Eropa, kita akan makin banyak kehilangan kebebasan," kata Wilders sinis.
"Saya tidak menentang umat Islam. Yang menjadi masalah buat saya adalah ideologi Islam yang menurut saya ideologi totaliter," sambungnya.
Sosok anti-Islam ini sedang di atas angin di negeri asalnya, Belanda. Partai Wilders. Partai Kebebasan (PVV) berhasil memenangkan pemilu di kawasan Almere yang berpenduduk sekitar 190.000 orang dan diduga akan menjadi salah satu partai yang akan mendapatkan dukungan suara besar dalam pemilu Belanda bukan Juni mendatang.
Seorang pengunjuk rasa di London kembali mengungkapkan kekhawatirannya jika Wilders unggul di pemilu di Belanda. "Tapi saya yakin, para aktivis anti-fasis di seluruh Eropa akan menentangnya dan Wilders tidak akan bisa melewati sebuah ruangan tanpa menghadapi perlawanan," kata si pengunjuk rasa optimis. (ln/iol/yn/eramuslim.com)
Tidak ada komentar