Intelektual Yahudi Serukan Rakyat AS Lawan Israel
Intelektual AS keturunan Yahudi Noam Chomsky menyerukan rakyat AS untuk melawan Israel atas perlakuan rezim Zionis itu terhadap rakyat Palestina. Ia juga mengatakan bahwa Israel tidak seharusnya tidak diakui sebagai "negara Yahudi."
Pernyataan keras itu disampaikan Chomsky dalam ceramahnya di Universitas Boston dalam rangka "Pekan Apatheid Israel", sebuah kampanye anti-Israel yang diselenggarakan setiap tahun oleh sejumlah universitas di seluruh dunia.
"Selama ini, kekuasaan aparatus Israel makin canggih dan efektif dalam mempengaruhi kondisi kehidupan di Palestina," kata Chomsky yang kini berusia 82 tahun. Penulis buku dan profesor di Massachussets Institute of Tehcnology itu mengatakan, bahwa sistem apartheid yang diterapkan Israel dalam beberapa hal tidak sejelek sistem apartheid yang pernah diterapkan negara Afrika Selatan, tapi dalam beberapa hal lainnya, lebih buruk dari apa yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
"Berpuluh-puuh tahun Israel membunuh dan menculik warga sipil di Libanon ... membawa mereka ke Israel, dijebloskan ke penjara dan menjadikan mereka sebagai tawanan ... tapi dua prajurit Israel yang tertangkap di perbatasan menjadi pembenaran bagi Israel untuk melakukan invasi," kata Chomsky merujuk agresi Israel ke Libanon yang memicu perang 33 hari dengan Hizbullah tahun 2006 lalu.
Dalam pidatonya, Chomsky mengkritik kebijakan luar negeri AS yang memberikan dukungan buta pada Israel. Menurutnya, AS seharusnya juga bisa menggunakan menggunakan pengaruhnya di dunia untuk meredam konflik Israel-Palestina. "Dunia ini bekerja sudah seperti mafia. Ada seorang penguasa (AS) dan ketika si penguasa bilang 'jangan lakukan ini itu', Anda mematuhinya. Hal ini harus dikritisi," tukas Chomsky yang menjadi pembicara kunci dalam "Pekan Apartheid Israel" di Universitas Boston.
Pada situs Israel, Ynet, Chomsky mengatakan, AS dan Israel harus mengakhiri sikap penolakan yang ekstrim terhadap Palestina dan ikut serta dalam konsensus internasional tentang solusi dua-negara. "Tolong dicatat, yang saya tekankan adalah 'AS dan Israel' karena pada kenyataannya, mereka saling bahu membahu. Israel bisa melakukan apa saja atas ijin AS dan sangat bergantung pada dukungan setia AS," tandasnya. (ln/Ynet/eramuslim.com)
Pernyataan keras itu disampaikan Chomsky dalam ceramahnya di Universitas Boston dalam rangka "Pekan Apatheid Israel", sebuah kampanye anti-Israel yang diselenggarakan setiap tahun oleh sejumlah universitas di seluruh dunia.
"Selama ini, kekuasaan aparatus Israel makin canggih dan efektif dalam mempengaruhi kondisi kehidupan di Palestina," kata Chomsky yang kini berusia 82 tahun. Penulis buku dan profesor di Massachussets Institute of Tehcnology itu mengatakan, bahwa sistem apartheid yang diterapkan Israel dalam beberapa hal tidak sejelek sistem apartheid yang pernah diterapkan negara Afrika Selatan, tapi dalam beberapa hal lainnya, lebih buruk dari apa yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
"Berpuluh-puuh tahun Israel membunuh dan menculik warga sipil di Libanon ... membawa mereka ke Israel, dijebloskan ke penjara dan menjadikan mereka sebagai tawanan ... tapi dua prajurit Israel yang tertangkap di perbatasan menjadi pembenaran bagi Israel untuk melakukan invasi," kata Chomsky merujuk agresi Israel ke Libanon yang memicu perang 33 hari dengan Hizbullah tahun 2006 lalu.
Dalam pidatonya, Chomsky mengkritik kebijakan luar negeri AS yang memberikan dukungan buta pada Israel. Menurutnya, AS seharusnya juga bisa menggunakan menggunakan pengaruhnya di dunia untuk meredam konflik Israel-Palestina. "Dunia ini bekerja sudah seperti mafia. Ada seorang penguasa (AS) dan ketika si penguasa bilang 'jangan lakukan ini itu', Anda mematuhinya. Hal ini harus dikritisi," tukas Chomsky yang menjadi pembicara kunci dalam "Pekan Apartheid Israel" di Universitas Boston.
Pada situs Israel, Ynet, Chomsky mengatakan, AS dan Israel harus mengakhiri sikap penolakan yang ekstrim terhadap Palestina dan ikut serta dalam konsensus internasional tentang solusi dua-negara. "Tolong dicatat, yang saya tekankan adalah 'AS dan Israel' karena pada kenyataannya, mereka saling bahu membahu. Israel bisa melakukan apa saja atas ijin AS dan sangat bergantung pada dukungan setia AS," tandasnya. (ln/Ynet/eramuslim.com)
Tidak ada komentar