Muslim Spanyol Protes Nama Diskotik "La Meca"
Setelah renovasi yang membutuhkan waktu hingga 10 tahun, sebuah diskotik tua di kota Aguilas, barat daya provinsi Murcia, Spanyol kembali beroperasi dan dibuka untuk umum sejak tanggal 18 Juni lalu. Tapi diskotik itu menuai kontroversi dan kecaman dari komunitas Muslim karena di beri nama La Meca yang bunyinya mirip kata "Mekkah" nama kota suci di Arab Saudi.
Surat kabar komunitas Arab di Spanyol, Andalus Press melaporkan, muslim Spanyol, baik organisasi maupun individu sudah menyatakan keberatan atas penggunaan nama La Meca untuk diskotik itu, karena dianggap telah melecehkan dan akan menimbulkan prasangka buruk atas kota Makkah, salah satu kota suci bagi umat Islam.
Ketua Federasi Persatuan Islam Spanyol Mohammed Ali mengatakan, kota Mekkah adalah kota yang paling dihormati oleh seluruh Muslim di dunia. "Kaum Muslimin salat menghadap ke arah kota Mekkah dan di kota itulah Rasulullah Saw, menerima wahyu yang berupa ayat-ayat suci Al-Quran. Menamakan sebuah tempat orang berdansa dan minum minuman keras dengan nama kota suci itu menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan kaum Muslimini," tukas Ai.
Persoalannya, ada sejumlah muslim yang bekerja di diskotik itu. Baru satu orang pekerja asal Maroko menyatakan menolak bekerja sebagai bentuk protes atas penggunaan kata La Meca untuk nama diskotik itu.
Ketua Federasi Persatuan Islam Spanyol Mohammed Ali menyatakan menyerahkan keputusan pada masing-masing muslim yang bekerja di diskotik itu. Apakah akan tetap bekerja atau berhenti bekerja sebagai sikap protes mereka.
"Semua terserah individu masing-masing, tergantung pada situasi finansial mereka dan apakah mereka punya pilihan untuk bekerja di tempat lain, kata Ali.
Sementara itu, pendiri Komite Kebaikan dan Arbitrasi Muslim di Spanyol Antonio Gracia Perite mengatakan, di Spanyol kata "Meca" selalu digunakan untuk kepentingan komersial yang merujuk pada pengertian "pusat atau lokasi sebuah aktivitas tertentu." Masyarakat, jelas Antonia Spanyol sudah biasa menggunakan ungkapan seperti "Meca of Cinema" (pusat sinema/ bioskop) atau "Meca of Jazz, tanpa bermaksud untuk menyinggung perasaan pihak lain.
"Tapi, biar bagaimanapun, tidak pantas menggunakan kata Meca untuk sebuah diskotik. Diskotik adalah tempat bersenang-senang dan apa yang berlangsung di dalamnya, seperti minum-minuman beralkohol, tidak sejalan dengan ajaran Islam," ujar Antonio.
Antonio menyatakan mendukung sikap pekerja asal Maroko tadi. "Apa yang dilakukannya sesuai dengan keyakinan agamanya. Kami mendukungnya," tandas Antonio. (ln/aby/EM)
Surat kabar komunitas Arab di Spanyol, Andalus Press melaporkan, muslim Spanyol, baik organisasi maupun individu sudah menyatakan keberatan atas penggunaan nama La Meca untuk diskotik itu, karena dianggap telah melecehkan dan akan menimbulkan prasangka buruk atas kota Makkah, salah satu kota suci bagi umat Islam.
Ketua Federasi Persatuan Islam Spanyol Mohammed Ali mengatakan, kota Mekkah adalah kota yang paling dihormati oleh seluruh Muslim di dunia. "Kaum Muslimin salat menghadap ke arah kota Mekkah dan di kota itulah Rasulullah Saw, menerima wahyu yang berupa ayat-ayat suci Al-Quran. Menamakan sebuah tempat orang berdansa dan minum minuman keras dengan nama kota suci itu menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan kaum Muslimini," tukas Ai.
Persoalannya, ada sejumlah muslim yang bekerja di diskotik itu. Baru satu orang pekerja asal Maroko menyatakan menolak bekerja sebagai bentuk protes atas penggunaan kata La Meca untuk nama diskotik itu.
Ketua Federasi Persatuan Islam Spanyol Mohammed Ali menyatakan menyerahkan keputusan pada masing-masing muslim yang bekerja di diskotik itu. Apakah akan tetap bekerja atau berhenti bekerja sebagai sikap protes mereka.
"Semua terserah individu masing-masing, tergantung pada situasi finansial mereka dan apakah mereka punya pilihan untuk bekerja di tempat lain, kata Ali.
Sementara itu, pendiri Komite Kebaikan dan Arbitrasi Muslim di Spanyol Antonio Gracia Perite mengatakan, di Spanyol kata "Meca" selalu digunakan untuk kepentingan komersial yang merujuk pada pengertian "pusat atau lokasi sebuah aktivitas tertentu." Masyarakat, jelas Antonia Spanyol sudah biasa menggunakan ungkapan seperti "Meca of Cinema" (pusat sinema/ bioskop) atau "Meca of Jazz, tanpa bermaksud untuk menyinggung perasaan pihak lain.
"Tapi, biar bagaimanapun, tidak pantas menggunakan kata Meca untuk sebuah diskotik. Diskotik adalah tempat bersenang-senang dan apa yang berlangsung di dalamnya, seperti minum-minuman beralkohol, tidak sejalan dengan ajaran Islam," ujar Antonio.
Antonio menyatakan mendukung sikap pekerja asal Maroko tadi. "Apa yang dilakukannya sesuai dengan keyakinan agamanya. Kami mendukungnya," tandas Antonio. (ln/aby/EM)
Tidak ada komentar