Header Ads

Muslim Tidak Sama Dengan Nasionalis [Part 1]

Oleh : Ridwan Taufik Kurniawan

Teringat satu fragmen dari film 5cm. Salah satu tokoh di film itu Adrian Adriano, yang diperanin Igor Saykoji, di puncak Mahameru bersama puluhan pendaki lain. Setelah bersajak memuja-muji Indonesia ia berteriak, “Siapa aja yang benci Indonesia, ribut sama gua!”.



Heroik sekali bukan? Naluri saya sebagai seorang Indonesia memuncak! Saya membayangkan setelah itu, saya memimpin pekik takbir, "ALLAHU AKBAR!". Huehehe.

Sobat, untuk menjadi orang yang cinta tanah air memang tidak perlu banyak berpikir. Gak perlu diusahakan. Di film 5c ini, adegan-adegan heroik, gubahan-gubahan nasionalis dimunculkan setelah penonton disuguhi pemandangan-pemandangan alam Semeru. Dengan bukit-bukit menjulang, danau yang biru dan menyegarkan. Pokoknya yang keren-keren tentang alam Indoneisa. Semuanya menstimulus kekaguman kita pada negeri ini, tanah air ... Endonesia.

Sobat, cinta pada tanah air, itu sama kaya kasih sayang pada orang tua, keluarga, cinta sama harta kekayaan sendiri, cinta pada idola. Hal yang sudah fitroh pada manusia. Udah bawaan orok. Dan ini ga’ salah. Karena itu kita bisa menyebutnya sebagai 'cinta fitri' (jangan protes kalau mirip judul sinetron).

Namun disisi lain, ada juga cinta ‘tidak fitri’. Apa itu? Cinta yang untuk membangkitkannya diperlukan usaha serius dan penghayatan yang dalam. Cinta yang tidak lahir bersama dilahirkannya seorang manusia. Hal ini sudah Allah sebutkan dalam Surah At-Taubah [9] : 24.

“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”.

Dari ayat ini kita bisa memahami, bahwa cinta itu bertingkat-tingkat. Selalu ada yang lebih kita cintai, dibanding yang lainnya. Kita cinta diri kita, kita juga cinta anak kita. Mana yg lebih kita cintai? Ketika cinta harus memilih, ada satu yang kita utamakan dibanding yang lain. Maka ada yang namanya pengorbanan. Seorang ayah mengorbankan dirinya masuk dalam kobaran api untuk selamatkan buah hatinya dalam kebakaran. Bahkan dalam hati ia berkata, "tidak mengapa saya mati terbakar, yang penting anakku selamat."

Ada cinta yang fitri, cinta kepada BAPAK, ANAK, SAUDARA, ISTRI, KELUARGA, HARTA, DAGANGAN, dan RUMAH TEMPAT TINGGAL. Namun ada juga cinta tdk fitri, cinta kepada ALLAH, RASUL, dan JIHAD FISABILILLAH. Cinta kepada ISLAM. Untuk membangkitkannya cinta jenis kedua ini perlu upaya keras, juga penghayatan yang dalam. Anda perlu mempelajarinya. Tidak mungkin orang mencintai agama dan rela mengorbankan dirinya jika cinta tidak ditumbuhkembang dan dipelihara.

Maka Allah mewajibkan kita menaruh cinta pada AGAMA ini sebagai cinta yang paling tinggi. Sebab ada ancaman bagi sesiapa yang meninggikan cinta ‘fitri’ diatas cinta ‘tidak fitri’. “MAKA TUNGGULAH SAMPAI ALLAH MENDATANGKAN KEPUTUSAN-NYA”

*)Menyorot kasus di Kalteng akhir-akhir ini.
[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.